Jumat, 23 Oktober 2009

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MALNUTRISI
MARASMUS DAN KWASHIORKOR

A. Konsep Dasar

Malnutrisi dapat terjadi oleh karena kekurangan gizi (undernutrisi) maupun karena kelebihan gizi (overnutrisi). Keduanya disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh dan asupan zat gizi esensial. Adapun contoh yang termasuk undernutrisi yaitu marasmus dan kwashiorkor.
Secara klinik dibedakan dalam bentuk yaitu Kwashiorkor dan marasmus. Diantara kedua bentuk tersebut terdapat bentuk antara atau “ Marasmus Kwasiorkor “
a.Marasmus yaitu keadaan kurang kalori
b.Kwashiorkor yaitu keadaan kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang Marasmus kwashiorkor yaitu keadaan peralihan antara marasmus dan kwashiorkor.
1. Marasmus
a. Pengertian Marasmus
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649).
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein ( suriadi,2001 : 196 ).


b. Etiologi
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat atau karena kelainan metabolik dan malformasi kongenital.
c. Tanda dan Gejala
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Biasanya terjadi konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mucus dan sedikit.
d. Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
e. Pemeriksaan Penunjang
1.Pemeriksaan Fisik
a. Mengukur TB dan BB
b. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter)
c. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
d. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LILA untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).
2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.
f. Penatalaksanaan Medis
1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.
Penanganan KKP berat
Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.
a- Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi.
- Pencegahan jika ada ancamanperkembangan renjatan septik
- Pengobatan infeksi
- Pemberian makanan
- Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan vitamin, anemia berat dan payah jantung.
2. Kwashiorkor
a. Pengertian Kwashiorkor
Kwashiorkor ialah suatu keadaan kekurangan gizi ( protein ). Walaupun sebab utama penyakit ini adalah defisiensi protein, tetapi karena bahan makanan yang dimakan kurang mengandung nutrisi lainnya ditambah dengan konsumsi setempat yang berlainan, maka akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.
b. Etiologi
Selain oleh pengaruh negatif faktor sosial ekonomi, budaya yang berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik, malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui air kemih ( sindrom nefrotik ), infeksi menahun, luka bakar dan penyakit hati.
c. Patofisiologi
pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Bila diet cukup mengandung karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan kejaringan otot. Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar, yang kemudian berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta- lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati terganggu, dengan akibat adanya penimbunan lemak dalam hati.
d. Gejala Kwashiorkor
- Pertumbuhan terganggu, BB dan TB kurang dibandingkan dengan yang sehat.
- Pada sebagian penderita terdapat edema baik ringan dan berat
- Gejala gastrointestinal seperti anoreksia dan diare
- Rambut mudah dicabut, tampak kusam kering, halus jarang dan berubah warna
- Kulit kering dengan menunjukan garis – garis kulit yang mendalam dan lebar, terjadi persisikan dan hiperpigmentasi
- Terjadi pembesaran hati, hati yang teraba umumya kenyal, permukaannya licin dan tajam.
- Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita.
- Kelainan kimia darah yang selalu ditemukan ialah kadar albumin serum yang rendah, disamping kadar globulin yang normal atau sedikit meninggi.
e. Pemeriksaan Labolaturium
Hampir semua kasus kwashiorkor memperlihatkan penurunan kadar albumin, kolestrol dan glukosa dalam serum. Kemudian pada umumnya kadar imunoglobulin serum normal, bahkan dapat meningkat. Meskipun kadar IgA sekretori merendah.Gangguan imunitas seluler khususnya jumlah populasi sel T merupakan kelainan imunologik yang paling sering dijumpai pada malnutrisi berat.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Malnutrisi
1. Pengkajian
a. Anamnesa
• Bidata, umur, pekerjaan, pendidikan dan alamat
• Data subjektif
- bagaimana nafsu makan klien
- berapa kali makan dalam sehari
- banyaknya makan dalam satu kali makan
- apakah ada mual muntah
- bagaimana pola eliminasinya
- apakah ada anoreksia
• Data Objektif
- bagaimana nafsu makan klien
- berapa kali makan dalam sehari
- banyaknya makan dalam satu kali makan
- apakah ada mual muntah
- bagaimana pola eliminasinya
- apakah ada anoreksia
b. Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi
- lihat keadaan klien apakah kurus, ada edema pada muka atau kaki
- lihat warna rambut, kering dan mudah dicabut
- mata cekung dan pucat
- pada marasmus terlihat pergerakan usus
• Auskultasi
- dengar denyut jantung apakah terdengar bunyi S1, S2, S3 serta S4
- bagaimana dengan tekanan darahnya
- dengarkan juga bunyi peristaltik usus
- bunyi paru – paru terutama weezing dan ronchi
• Perkusi
- perut apakah terdengar adanya shitting duilnees
- bagaimana bunyinya pada waktu melakukan perkusi
• Palpasi
- hati : bagaimana konsistensi, kenyal, licin dan tajam pada permukaannya
berapa besarnya dan apakah ada nyeri tekan
pada marasmus usus terasa dengan jelas
- limpa : apakah terjadi pembesaran limpa
- tungkai : apakah ada pembesaran pada tungkai
c. Pemeriksaan Labolatorium
• Biokimia : * Hb anemia
* kadar albumin yang rendah
* kadar globulin kadang – kadang rendah dan tinggi
* kadar asam amino biasanya kurang dari satu
• Biopsi : ditemukan perlemakan pada hati, dan terjadinya nekrosis dan infiltrasi
• Autopsi : hampir semua organ tubuh mengalami degenerasi seperti jantung, tulang
d. Diagnosa yang mungkin timbul dan intervensinya
1. Gangguan nutrisi sehubungan dengan intake nutrisi yang kurang, ditandai dgn:
• DS : - Klien mengeluh badan lemah
- anoreksia
- lesu
- mudah lelah
• DO: - berat badan turun
- berat badab tidak sesuai dengan tinggi badan
- edema
- rambut kering, kusam, jarang, putih dan mudah dicabut
- kulit kering dan bersisik
- hepar membesar
- hb rendah
- mata pucat dan cekung
Tujuannya :
- badan tidak lemah
- nafsu makan membaik
- ceria dan segar
- BB normal
- edema hilang
- rambut distribusi rata, hitam nampak berminyak
- hb normal
- hepar tidak membesar
Intervensi :
- berikan makanan TKTP, dilakukan secara bertahap
- hidangkan makanana dalam keadaan hangat
- observasi intake dan output
- observasi TTV
- kolaborasi dengan dokter ( untuk pemberian vitamin ) dan gizi ( untuk makanannya ).
- penyuluhan kesehatan
-
2. Gangguan pamanuhan kebutuhan cairan dan elektrolit yang ditandai dengan :
• DS : klien mengeluh mual, badan lemah, Anoreksia, kadang – kadang muntah
• DO : diare, BB turun, turgor jelek, mata cekung
Tujuannya :
- mual – mual berkurang
- badan tidak lemah
- nafsu makan membaik
- muntah berkurang
- diare berkurang
- BB normal
- turgor kulit baik, kenyal
- mata tidak cekung
Intervensi :
- berikan banyak minum
- catat intake dan output
- observasi TTV
- Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan cairan parental dengan nutrisi tinggi
-
3. Potensial terjadinya infeksi sekunder sehubungan dengan pertahaan tubuh yang kurang adekuat ditandai dengan :
- badan lemah
- lesu
- pusing
- Hb rendah
- BB tidak sesuai dengan tinggi badan
- mata pucat
Tujuannya :
- badan tidak lemah dan ceria
- pusing berkurang
- Hb normal kembali
- BB normal kembali
- mata tidak pucat
Intervensi :
- berikan makanan TKTP
- isolasi penderita
- monitoring TTV
- kolaborasi : laporkan segera adanya tanda – tanda khusus yang menyangkut keadaan klien.
Diposkan oleh witri legina di 22:24

Sabtu, 17 Oktober 2009

ANEMIA GIZI

PEDOMAN
PENANGGULANGAN ANEMIA GIZI
UNTUK REMAJA PUTRI DAN WANITA USIA SUBUR


I. PENDAHULUAN


A. PENGERTIAN BERBAGAI ISTILAH SEHUBUNGAN DENGAN ANEMIA DAN KEK (KEKURANGAN ENERGI KRONIS)

Anemia Gizi : adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. Di Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut Anemia Kekurangan Zat Besi atau Anemia Gizi Besi.

Remaja Putri : adalah masa peralihan dari anak menjadi dewasa, ditandai dengan perubahan fisik dan mental. Perubahan fisik ditandai dengan berfungsinya alat reproduksi seperti menstruasi (umur 10-19 tahun).

Wanita Usia Subur (WUS) : adalah wanita pada masa atau periode dimana dapat mengalami proses reproduksi. Ditandai masih mengalami menstruasi (umur 15-45 tahun).

Tablet Tambah Darah (Besi-Folat) : adalah tablet untuk suplementasi Penanggulangan Anemia Gizi yang setiap tablet mengandung Fero sulfat 200 mg atau setara 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat.

Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) : adalah berbagai kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku yang dalam hal ini berkaitan dengan anemia gizi dan suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD).

LILA : ukuran lingkar lengan kiri atas.

Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) : adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA <23,5 cm.

KEK : adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun.


B. TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM

1. Tujuan

a. Umum : Meningkatkan status kesehatan dan gizi remaja putri dan WUS melalui penanggulangan anemia gizi.

b. Khusus : 1. Meningkatkan kinerja petugas kesehatan dalam upaya penanggulangan anemia gizi.
2. Meningkatkan partisipasi dan kerjasama antara sektor kesehatan dengan sektor pendidikan, keagamaan, organisasi dan LSM untuk penanggulangan masalah anemia gizi.
3. Meningkatkan kesadaran remaja putri dan WUS serta keluarganya akan pentingnya meningkatkan status kesehatan dan gizi dengan mencegah masalah anemia sedini mungkin.
4. Melaksanakan suplementasi TTD untuk remaja putri dan WUS secara mandiri.
5. Menurunkan prevalensi Anemia Gizi pada WUS khususnya remaja putri.

2. Sasaran

a. Langsung : Remaja Putri dan Wanita Usia Subur

b. Tidak Langsung :
1. Remaja Putra/peserta didik
2. Guru/pendidik/Kepala Sekolah dan masyarakat lingkungan sekolah
3. Pemuka/Tokoh Agama dan masyarakat
4. Ketua Organisasi Kepemudaan
5. Ketua Organisasidan LSM bidang kepemudaan, kesehatan, keagamaan dan wanita
6. Ketua federasi pekerja sektor non formal
7. Petugas kesehatan (puskesmas)
8. Tempat kerja (manajer/pemilik)
9. Distributor
10. Masyarakat umum


II. KEGIATAN OPERASIONAL


Kegiatan Penanggulangan Anemia Gizi untuk Remaja Putri dan WUS yang dilakukan, utamanya merupakan kegiatan KIE yaitu promosi atau kampanye tentang anemia kepada masyarakat luas, ditunjang dengan kegiatan penyuluhan kelompok serta konseling yang ditujukan secara langsung pada Remaja Putri/Wanita melalui wadah yang sudah ada di masyarakat seperti sekolah, pesantren, tempat kerja (formal/informal), organisasi dan LSM bidang kepemudaan, kesehatan, keagamaan dan wanita.

Kegiatan suplementasi TTD dilakukan secara mandiri dengan dosis 1 tablet seminggu sekali minimal selama 16 minggu, dan dianjurkan minum 1 tablet setiap hari selama masa haid/menstruasi.

Anjuran konsumsi makanan kaya besi dilaksanakan dengan mengacu pada “gizi seimbang”, diikuti dengan pembinaan kantin di sekolah atau penjaja makanan di sekitar remaja/wanita berkumpul.

Deteksi dini juga dilakukan untuk mengetahui apakah Remaja Putri/Wanita menderita Risiko KEK (LILA <23,5 cm), sehingga dapat dilakukan upaya untuk meningkatkan status gizinya.


A. PERSIAPAN

1. Kesepakatan lintas program dan sektor terkait di tingkat Pusat, Daerah Tingkat I, Daerah Tingkat II, tingkat kecamatan dan desa.
2. Kesepakatan meliputi jajaran kesehatan, pendidikan, keagamaan serta organisasi dan LSM bidang kepemudaan dan wanita.
3. Penyediaan bahan pedoman/petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis bagi petugas kesehatan, pendidikan, keagamaan dan petugas lain yang melakukan penyuluhan.
4. Penyediaan materi KIE oleh Depkes, Depdikbud, Depag, LSM, instansi terkait, swasta dan masyarakat.
5. Penyusunan kurikulum Kesehatan Reproduksi Remaja di sekolah/ pesantren/madrasah Tsanawiyah/madrasah Aliyah oleh Depkes, Depdikbud, Depag dan instansi terkait lain.
6. Penyediaan dan distribusi Tablet Tambah Darah.
7. Penyebarluasan informasi melalui :
a. Kampanye/promosi
b. Tayangan/siaran/tulisan melalui media elektronik dan cetak.
c. Lokakarya, pameran, sarasehan, pencanangan di tingkat Pusat, Daerah Tingkat I, Daerah Tingkat II, tingkat kecamatan dan desa.
d. Siaran keliling di Daerah Tingkat II, tingkat kecamatan dan desa.


B. PELAKSANAAN

1. KIE : penyuluhan kesehatan dan gizi termasuk penyuluhan tentang suplementasi Tablet Tambah Darah untuk Remaja Putri/Wanita dilaksanakan secara berkala dengan mengikut sertakan :
a. Lintas Sektor Terkait : Depkes, Depnaker, Depdikbud, Depag, Depdagri, Depsos, BKKBN, Menpora, Menperta dan lain-lain.
b. Organisasi Sosial dan Keagamaan : seperti Karang Taruna, MUI, PGI, KWI, PT dan Walubi sampat ke tingkat wilayah.
c. Organisasi Kepemudaan dan Wanita : misalnya Pramuka, Saka, Bhakti Husada, PMR, Kowani, Dharma Wanita, Dharma Pertiwi, PKK sampai ke tingkat ranting.
d. LSM terkait : misalnya PP Nahdlatul Ulama, PP Muhammadiyah, Fatayat NU, PP Aisyiyah, Wanita Katolik dan lain-lain.
e. Donor agency bidang kesehatan : Unicef, WHO, USAID, PATH, HKI, Mother Care dan lain-lain.
f. Organisasi Profesi : IDI, POGI, IBI, PDGMI, ISFI, Persagi, IAKMI dan lain-lain.
g. Media Komunikasi : seperti Televisi, PRSSNI, Biro Iklan, YPS, koran dan majalah.
h. Pekerja formal : perusahaan, pabrik melalui Gerakan Pekerja Wanita Sehat dan Produktif (GPWSP).
i. Pekerja non formal : industri rumah tangga, buruh tani, buruh perkebunan dan lain-lain.

2. Suplementasi Tablet Tambah Darah
a. Dilaksanakan secara mandiri.
b. Tablet Tambah Daerah yang dapat digunakan adalah obat generik yang harganya terjangkau oleh masyarakat. Tablet Tambah Daerah Generik dikemas dalam bungkus warna putih, berisi 30 tablet per bungkus. Harga Tablet Tambah Darah generik tidak boleh melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) obat generik. Disamping itu dapat juga digunakan Tablet Tambah Darah dengan merek dagang yang memenuhi spesifikasi (mengandung 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat).
c. Tablet Tambah Darah generik merupakan obat bebas terbatas yang dapat dibeli di Apotik, Toko Obat, Warung/Toko, koperasi/kantin sekolah dan pesantren, POD, dokter/bidan praktek swasta dan pondok bersalin.

3. Distribusi Tablet Tambah Darah generik untuk Remaja Putri dan WUS mengikuti alur sebagai berikut :
4. Deteksi dini Kurang Energi Kronis (KEK) :
a. Dilakukan setiap tahun dengan mengukur Lingkar Lengan Kiri Atas (LILA) dengan memakai pita LILA.
b. Pada Remaja Putri/Wanita yang LILA-nya <23,5 cm berarti menderita Risiko Kurang Energi Kronis (KEK), yang harus dirujuk ke Puskesmas/ sarana pelayanan kesehatan lain, untuk mendapatkan konseling dan pengobatan.
c. Pengukuran LILA dapat dilakukan oleh Remaja Putri atau wanita itu sendiri, kader atau pendidik. Selanjutnya konseling dapat dilakukan oleh petugas gizi di Puskesmas (Pojok Gizi), sarana kesehatan lain atau petugas kesehatan/gizi yang datang ke sekolah, pesantren dan tempat kerja.


III. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN


A. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB MASING-MASING SEKTOR


1. Kecamatan :
Sekolah/Puskesmas/tempat kerja/organisasi kesehatan, wanita, pemuda dan keagamaan :
a. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan kepada Remaja Putri/Wanita.
b. Menyediakan paket penyuluhan/kurikulum kesehatan dan gizi untuk Remaja Putri dan Wanita.
c. Melaksanakan koordinasi dengan camat oleh jajaran kesehatan, pendidikan, agama dan instansi terkait untuk kelancaran pelaksanaan program.
d. Mengadakan koordinasi dengan tempat tersedianya Tablet Tambah Darah.
e. Melaksanakan penyuluhan kesehatan dan gizi serta konseling.

2. Daerah Tingkat II :
Kantor Depdikbud, Kandepkes, Dinkes, dan Kantor Depag Kabupaten/ Kotamadya :
a. Melaksanakan pengadaan dan pendistribusian paket penyuluhan/ kurikulum untuk tiap kecamatan.
b. Melaksanakan koordinasi dengan Pemda Tingkat II Kabupaten/ Kotamadya dan instansi terkait serta LSM.
c. Melakukan koordinasi dengan Pedagang Besar Farmasi (PBF) atau distributor tentang distribusi Tablet Tambah Darah.
d. Mengadakan pemantauan ke sekolah/pesantren/tempat kerja/organisasi bidang kesehatan/wanita/kepemudaan/keagamaan.

3. Daerah Tingkat I :
a. Merencanakan kebutuhan paket penyuluhan/kurikulum kesehatan dan gizi, pengadaan dan distribusi untuk tiap kabupaten/kotamadya.
b. Melakukan koordinasi dengan Pemda Tingkat I Propinsi dan instansi terkait serta LSM.
c. Melakukan koordinasi dengan Pedagang Besar Farmasi (PBF) atau distributor tentang distribusi Tablet Tambah Darah.
d. Melakukan pemantauan ke Daerah Tingkat II Kabupaten/Kotamadya dan Kecamatan.

4. Pusat :
Depdikbud, Depkes, dan Depag :
a. Melakukan koordinasi dalam penyusunan paket penyuluhan/kurikulum kesehatan dan gizi, pengadaan dan distribusi untuk tiap propinsi.
b. Melakukan koordinasi dengan produsen tentang penyediaan Tablet Tambah Darah.
c. Melaksanakan koordinasi dengan lintas sektor lain (Depsos, BKKBN) serta LSM tentang pengembangan dan pelaksanaan Program Penanggulangan Anemia Gizi untuk Remaja Putri dan WUS.
d. Melakukan pemantauan ke Daerah Tingkat I Propinsi, Daerah Tingkat II Kabupaten/Kotamadya dan Kecamatan.


B. PENCATATAN DAN PELAPORAN

1. Pencatatan dan pelaporan kegiatan KIE, penyuluhan, deteksi dini dan konseling dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang sudah ada.
2. Depdikbud, Depkes, Depag dan instansi terkait lain melaporkan kepada instansinya masing-masing sampat ke Tingkat Pusat.
3. Pencatatan dan pelaporan cakupan suplementasi Tablet Tambah Darah mandiri, dilaksanakan secara tindak langsung melalui data penjualan dan survei.

IV. EVALUASI


Untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan program Penanggulangan Anemia Gizi untuk Remaja Putri/WUS, perlu dilakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan. Kegiatan evaluasi meliputi :

A. Kelancaran logistik dan dana.
B. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan, pembinaan deteksi dini dan konseling.
C. Survei Cepat Kelainan Gizi.
D. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT).
E. Penelitian atau studi.

Indikator keberhasilan antara lain :

A. Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (PSP) Remaja Putri/Wanita tentang anemia gizi.
B. Cakupan distribusi dan konsumsi Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri/Wanita.
C. Kepatuhan minum Tablet Tambah Darah.
D. Menurunnya prevalensi anemia pada Wanita Usia Subur khususnya Remaja Putri.

Hasil evaluasi sangat bermanfaat sebagai bahan perencanaan lebih lanjut.


V. PENUTUP


Kegiatan Penanggulangan Anemia Gizi untuk Remaja Putri/WUS perlu terus dilaksanakan secara berkesinambungan untuk mencapai sumber daya manusia dan generasi penerus yang berkualitas. Program ini sejalan dengan Penanggulangan Anemia Gizi untuk Calon Pengantin Wanita dan Gerakan Pekerja Wanita Sehat Produktif (GPWSP) yaitu penanggulangan anemia gizi pada pekerja wanita.

Meskipun peningkatan status kesehatan dan gizi Remaja Putri/Wanita merupakan tanggung jawab masing-masing orang tua dan keluarganya, pendidik, petugas kesehatan, tokoh pemuda/agama serta masyarakat sangat berperan dalam mendukung upaya diatas agar dapat berjalan dengan sukses.


Suplemen : Informasi Tentang Anemia dan Tablet Tambah Darah
(Materi Rujukan Bagi Guru/Pendidik dan Tokoh Masyarakat)


I. PENGERTIAN DAN PENYEBAB ANEMIA
II. MENGAPA WANITA DAN REMAJA PUTRI SERING MENDERITA ANEMIA
III. TANDA-TANDA DAN AKIBAT ANEMIA
IV. CARA MENCEGAH DAN MENGOBATI ANEMIA
V. MANFAAT TABLET TAMBAH DARAH
VI. PERAN GURU DAN TOKOH MASYARAKAT


I. PENGERTIAN DAN PENYEBAB ANEMIA


A. APAKAH ANEMIA ?

1. Anemia oleh orang awam dikenal sebagai “kurang darah”.

2. Anemia adalah suatu penyakit dimana kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal.

3. “Anemia” berbeda dengan “tekanan darah rendah”.
Tekanan darah rendah adalah kurangnya kemampuan otot jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan kurangnya aliran darah yang sampai ke otak dan bagian tubuh lainnya.

A. APAKAH PENYEBAB ANEMIA ?

1. Sebagian besar anemia di Indonesia disebabkan oleh kekurangan zat besi.

2. Zat besi adalah salah satu unsur gizi yang merupakan komponen pembentuk Hb atau sel darah merah. Oleh karena itu disebut “Anemia Gizi Besi”.

3. Anemia Gizi Besi dapat terjadi karena :
a. Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan.
- Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah : makanan yang berasal dari hewani (seperti ikan, daging, hati, ayam).
- Makanan nabati (dari tumbuh-tumbuhan) misalnya sayuran hijau tua, yang walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus.

b. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi.
- Pada masa pertumbuhan seperti anak-anak dan remaja, kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat tajam.
- Pada masa hamil kebutuhan zat besi meningkat karena zat besi diperlukan untuk pertumbuhan janin serta untuk kebutuhan ibu sendiri.
- Pada penderita penyakit menahun seperti TBC.

c. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh.
Perdarahan atau kehilangan darah dapat menyebabkan anemia. Hal ini terjadi pada penderita :

- Kecacingan (terutama cacing tambang). Infeksi cacing tambang menyebabkan perdarahan pada dinding usus, meskipun sedikit tetapi terjadi terus menerus yang mengakibatkan hilangnya darah atau zat besi.
- Malaria pada penderita Anemia Gizi Besi, dapat memperberat keadaan anemianya.
- Kehilangan darah pada waktu haid berarti mengeluarkan zat besi yang ada dalam darah.







II. MENGAPA WANITA DAN REMAJA PUTRI SERING MENDERITA ANEMIA ?

A. Pada umumnya masyarakat Indonesia lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati dibandingkan hewani, sehingga masih banyak yang menderita anemia.

B. Wanita lebih jarang makan makanan hewani dan sering melakukan diit pengurangan makan karena ingin langsing.

C. Mengalami haid setiap bulan, sehingga membutuhkan zat besi dua kali lebih banyak daripada pria, oleh karena itu wanita cenderung menderita anemia dibandingkan dengan pria.

III. TANDA-TANDA DAN AKIBAT ANEMIA

A. Tanda-tanda anemia :
1. LESU, LEMAH, LETIH, LELAH, LALAI (5L)
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kult dan telapak tangan menjadi pucat.

B. Akibat anemia pada :
1. Anak-anak :
a. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
b. Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak.
c. Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan tubuh menurun.

2. Wanita :
a. Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit.
b. Menurunkan produktivitas kerja.
c. Menurunkan kebugaran.

3. Remaja putri :
a. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
b. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal.
c. Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.
d. Mengakibatkan muka pucat.

4. Ibu hamil :
a. Menimbulkan perdarahan sebelum atau saat persalinan.
b. Meningkatkan risiko melahirkan Bayi dengan Berat Lahir Rendah atau BBLR (<2,5 kg).
c. Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan/atau bayinya.

IV. CARA MENCEGAH DAN MENGOBATI ANEMIA

A. Meningkatkan Konsumsi Makanan Bergizi.
1. Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).
2. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.

B. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah (TTD).

C. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti: kecacingan, malaria dan penyakit TBC.


V. MANFAAT TABLET TAMBAH DARAH (TTD)

A. Apakah Tablet Tambah Darah itu ?
Tablet Tambah Darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg Ferro Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat.

B. Mengapa Wanita dan Remaja Putri perlu minum Tablet Tambah Darah ?
1. Wanita mengalami haid sehingga memerlukan zat besi untuk mengganti darah yang hilang.
2. Wanita mengalami hamil, menyusui, sehingga kebutuhan zat besinya sangat tinggi yang perlu dipersiapkan sedini mungkin semenjak remaja.
3. Mengobati wanita dan remaja putri yang menderita anemia.
4. Meningkatkan kemampuan belajar, kemampuan kerja dan kualitas sumber daya manusia serta generasi penerus.
5. Meningkatkan status gizi dan kesehatan Remaja Putri dan Wanita.

C. Bagaimana cara minum Tablet Tambah Darah ?
1. Minumlah 1 (satu) Tablet Tambah Darah seminggu sekali dan dianjurkan minum 1 tablet setiap hari selama haid.
2. Untuk ibu hamil, minumlah 1 (satu) Tablet Tambah Darah setiap hari paling sedikit selama 90 hari masa kehamilan dan 40 hari setelah melahirkan.

D. Apa yang harus diperhatikan tentang Tablet Tambah Darah ?
1. Minumlah Tablet Tambah Darah dengan air putih, jangan minum dengan the, susu atau kopi karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya menjadi berkurang.
2. Kadang-kadang dapat terjadi gejala ringan yang tidak membahayakan seperti perut terasa tidak enak, mual-mual, susah buang air besar dan tinja berwarna hitam.
3. Untuk mengurangi gejala sampingan, minumlah TTD setelah makan malam, menjelang tidur. Akan lebih baik bila setelah minum TTD diserta makan buah-buahan seperti : pisang, pepaya, jeruk, dll.
4. Simpanlah TTD di tempat yang kering, terhindar dari sinar matahari langsung, jauhkan dari jangkauan anak, dan setelah dibuka harus ditutup kembali dengan rapat. TTD yang telah berubah warna sebaiknya tidak diminum (warna asli : merah darah).
5. Tablet Tambah Darah tidak menyebabkan tekanan darah tinggi atau kebanyakan darah.

E. Dimana dapat membeli Tablet Tambah Darah ?
1. Tablet Tambah Darah adalah obat bebas terbatas sehingga dapat dibeli di Apotik, Toko Obat, Warung, Bidan Praktek, Pos Obat Desa.
2. Dianjurkan menggunakan Tablet Tambah Darah generik yang disediakan pemerintah dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat.
3. Disamping itu dapat juga dipergunakan Tablet Tambah Darah dengan merk dagang lain yang memenuhi kandungan seperti Tablet Tambah Darah generik.

VI. PERAN GURU DAN TOKOH MASYARAKAT

A. Apakah peran guru dalam menanggulangi anemia gizi pada remaja putri ?

1. Guru sebagai pendidik, diharapkan pada setiap kesempatan dapat secara langsung memberikan pengetahuan kepada anak didiknya terutama Remaja Putri tentang pentingnya mencegah dan mengobati anemia sedini mungkin.
2. Pendidikan gizi dan kesehatan di SLTP, SLTA, Madrasah Tsanawiyah, Aliyah dan Pondok Pesantren dapat diintegrasikan pada mata pelajaran : Biologi, IPA, Penjaskes (Pendidikan Jasmani dan Kesehatan)
3. Kegiatan UKS, PMR serta Saka Bhakti Husada dapat merupakan saran untuk memberikan penyuluhan tentang anemia.
4. Guru dapat mengadakan komunikasi dengan orang tua murid agar memperhatikan pula status gizi dan kesehatan putrinu.

B. Apakah peran tokoh masyarakat dalam menanggulangi anemi gizi pada Remaja Putri dan Wanita ?

1. Tokoh masyarakat seperti Ketua Organisasi, Pimpinan Kelompok, Kader serta petugas lain di luar kesehatan sangat berperan dalam memberikan penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat, khususnya kelompok Remaja Putri di luar sekolah, pekerja wanita informal, ibu-ibu rumah tangga agar selalu menjaga kesehatannya dengan mencegah dan mengobati anemia.
2. Penyuluhan gizi dan kesehatan di luar sekolah dapat dilaksanakan melalui kegiatan Karang Taruna, Remaja Masjid, Majelis Ta’lim, PKK dan lain-lain.

Koordinasi antara guru dan tokoh masyarakat dengan petugas kesehatan atau Puskesmas agar selalu ditingkatkan untuk menanggulangi masalah anemia gizi pada Remaja Putri dan Wanita.

AGAMA MODERAT

AGAMA MODERAT, PESANTREN DAN TERORISME
Oleh : Alis Arlianti
Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan, Prodi Keperawatan S-1, Semester VII
Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Sejatinya Terorisme
Kata teror berasal dari bahasa Yunani, terer yng artinya menakut-nakuti, perbuatan macam apapun, jika itu sudah sampai pada membuat orang lain ngeri dan tidan nyaman, bisa disebut sebagai teror. Lebih-lebih, jika perbuatan tersebut benar-benar melakukan orang lain. Terorisme adalah sejenis paham sekelompok akalahnya golongan yang mengedepakan kekerasan.
Machasin, dalam sebuah mkalahnya, “Fundamentalisme dan Terorisme” yang terbuat dalam buku “Negara Tuhan” meyebutkan beragam definisi terorisme, orang lain: Pertama, pemakaian terorisme kekerasan secara sistematis untuk mencapai tujuan politik (merebut, mempertahankan dan menerapkan kekuasaan). Kedua, keselruhan tindakan kekerasan, penyerangan, penyanderaan warga fisik yang dlakukan oleh sebuah organisasi plitik untuk menunjukkan kesan luas atas suatu negara, negaranya sendiri, maupun negara yang lain. Ketiga, sikap menakut-nakuti. Keempat, penggunaan kekerasan dan intimidasi terutama untuk tujuan politik. Kelima, kekerasan yang sangat atajelas ditujukan kepada warga sipil yang dipilih secara acak dalam usaha menunjukka perasaan takut yang meyebar kemana-mana karenanya mempengaruhi kebijakan.
Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teror diartikan dengan: Usaha menciptakan ketakutan dan kekejaman oleh seseorang atau golongan (KBBL, 2000). Singkatnya, terorisme berarti berarti penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dan kengerian oleh orang-orang tertentu untuk tujuan-tujuan tertentu.
Dari waktu ke waktu, terorisme mengalami semacam pergeseran makna. Dulu, terorisme dilakukan oleh orang-orang yang dengan motivasi-motivasi tertentu dan biasanya senan tiasa berhubungan dengan keentingan politis. Namun belakangan, terorisme berkembang lebih menakutkan lagi. Terorisme tidak lagi berkaitan hal-hal yang bersifat partisan., seperti perjuangan untuk kemerdekaan, melainkan terorisme yang tanpa tujuan realistis. Kapanpun, di mana pun, tanpa alasan apapunjuga, orang bisa saja melakukan terorisme. Terorisme semacam inilah yang olehh Habermas, salah seorang filosof Madzhab Frankfrut dianggap sebagai teror yang paling membahayakan.
Bagaimana para pemikir Islam menanggapi terorisme? Ini barangkali pertanyaan yang menyangkut di benak kita. Tentu saja akan kita temukan banyak pendapat tentangnya. Tak bisa dipungkiri, ada orang-orang tertentu yang “mengesankannya” sebagai strategi jihad. Sebaliknya, banyak sekali ulama-ulama yang menolaknya.
Menurut Hasan Hanafi, salah satu pemikir Islam konteporer, terorisme merupakan sebuah wujud yang dualistis. Di mana di dalamnya terkandung kebaikan, sekaligus keburukan. Terorisme pada mulanya dianggap sebagai perlawanan da pembebasan, tapi pada akhirnya terorisme menyebabkan munculnya kekerasan dan jatuhnya korban-korban yang takberdosa.
Syaikh Al-Azhar, Sayeed Thauthawi, dalam salah satu fatwanya mwnyebutkan, bom bunuh diri sebagai peruatan terkutuk dan jauh di luar tradisi Islam. Bom bunuh diri terdiri mengakibatkan kemadharatan yang lebih besar daripada kemaslahatan. Menurut beliau, bom bunuh diri telah menyebabkan anak-anak, kalangan perempuan, orang tua, kehilangan nyawa. Padahal Rasulullah yang menjadi panutan orang Islam, melarang dengan tegas pembunuhan atas anak-anak dan orang tua. Rasulullah juga melarang kita merusak pohon-pohon, meski dalam keadaan perang.

Pesantren dan Terorisme
Sejak peristiwa 11 September 2001 di Amerika Seikat, lembaga-lembaga seperti madrasah dan belakangan pesantren juga di anggap kalangan barat tertentu sebagai the breeding ground. Tempat menjamunya, radikalisme,. Dalam konteks Afghanistan, mungkin anggapan itu benar; istilah ‘taliban’…yang berkuasa di negara itu sampai serbuan AS Afghanistan pasca 9/11…secara harfiah dapat berarti sebagai “murid-murid” (atau santri) yang berbaris di madrasah. Madrasah di Afghanistan dan juga di Pakistan umumnya emang beroprasi secara Independen di luar arus utama pendidikan.
Pesantren di Indonesia secara konfensional di pandang sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam, karena tradisinya yang panjang; atau lembaga pendidikan Islam tradisional, karna umumnya di miliki para kiai yang berafilasi kepada Nahdlatul Ulama (NU) yang di pandang sebagai organisasi ‘islam tradisional’. Madrasah di Indonesia, pada pihak lain, semula merupakan lembaga pendidikan yang umumnya didirikan kaum Muslim modernis untuk merespon ekspansi sekolah-sekolah model Belanda. dalam perkembangannya. sistem dan kelembagaan madrasah juga di adopsi banyak pesantren.
Sejarah pesantren dan madrasah selanjutnya sejak 1920-an adalah sejarah pembahasan pendidikan Islam, yang menemukan momentum terkuatnya pada 1970-an ketika Menteri Agama Mukti Ali menemukan sekitar 70 % mata pelajaran umum kedalam kurikulum Madrasah. Berkat pembahasan ini, puncaknya adalah pengakuan tentang ekuivalensi pendidikan Madrasah dengan sekolah umum seperti di tegaskan UU Sisdiknas 1989.
Sejak tahun 1970-an pula pesantren berkembang semacam “holding instution”, lembaga yang mencakup tidak hanya institusi pendidikan agama baik yang khusus untuk tafagguh fid-din dan yang madrasah…tetapi juga pendidikan umum, seperti SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi umum. Bahkan, pesantren juga menjadi pusat pengembangan masyarakat dalam berbagai bidang sejak dari ekonomi rakyat seperti koperasi dan usaha kecil, teknologi tempat guna, kesehatan masy sampai kepada konservasi lingkungan. Dan pesantren tidak lagi hanya terdapat di pedesaan; sejak 1980-an, banyak pesantren bermunculan di kawasan perkotaan, muncul gejala yang saya sebut sebagai ‘pesantren urban’. Bahkan, sistem 'santri mukim’ dengan mengunakan istilah “boarding”, yang di lengkapi figur ‘kiai’ di pesantren.
Berbagai pembunuan dan perkembangan itulah yang membuat pesantren mampu tetap bertahan di tengah berbagai perubahan yang begitu cepat dan berdampak luas dalam masyarakat; dengan begitu pula, pesantren sekaligus mampu menampilkan citra yang kian positif terhadap distingsi pendidikannya. Semua itu juga, yang membuat anak-anak lulusan pesantren, sejak 1980-an mampu berkompetensi dan sukses melanjutkan pendidikan di mancanegara; tidak hanya di negara-negara Timur Tengah, namun juga dinegara-negara Barat. Mereka ini pada gilirannya memperkaya dan memperkuat generasi baru kaum terpelajar dan intelektual muslim di negara ini.
Memandang pengalaman pesantren, sepatutnyalah para pemimpin negeri ini dan masyarakat luas memberikan apresiasi yang selayaknya diterima pesantren. Adanya segelintr orang yang merupakan alumni pesantren terlibat terorisme, semestinya tidak menutupi kenyataan bahwa hal itu lebih terkait dengan pengalaman mereka di Afganistan, Pakistan, atau Palestina Sealtan, atau terkait interaksi mereka dengan orang-orang yang memang memliki ediologi kekerasan seperti Dr Azhari dan Noordin M Top. Sebab itu janganlah bersikap ‘karena nilai setitik, rusak susu sebelanga’ atau ‘marah kepada tikus, lumbung dibakar’. Sekali lagi, perlu kearifan dalam memandang pesantren dan para santrinya.